MUI Kutim Galang Kesadaran Kolektif Lewat Seminar Pencegahan Kekerasan Seksual
SANGATTA – Menyikapi isu pelecehan seksual yang terus mengancam masyarakat, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Kutai Timur mengadakan seminar bertajuk “Kesadaran Kritis Terhadap Tindak Pelecehan Seksual”. Bertempat di Ruang Meranti, Kantor Bupati Kutim, acara ini bertujuan membangkitkan kesadaran masyarakat tentang peran vital keluarga dalam pencegahan kekerasan seksual.
Acara dibuka oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kutim, Idham Choliq, yang mewakili Pjs Bupati Kutim belum lama ini. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa keluarga merupakan benteng pertama dalam melindungi anak-anak dari kekerasan seksual. “Keluarga adalah fondasi utama dalam menjaga anak-anak kita dari berbagai ancaman, termasuk pelecehan seksual. Ketahanan keluarga harus diperkuat dengan edukasi yang memadai agar kita bisa mencegah terjadinya kekerasan ini,” tegasnya.
Idham juga menegaskan kesiapan DPPPA untuk bekerja sama dengan berbagai pihak guna memperkuat upaya pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak, termasuk perundungan. “Bullying (perundungan) memberikan dampak jangka panjang pada psikologis anak. Oleh sebab itu, keluarga, guru, dan masyarakat harus proaktif dalam pengawasan dan pencegahan agar masa depan anak-anak kita tidak terganggu,” tambahnya.
Faelasuf, Sekretaris MUI Kutim, menyampaikan bahwa MUI berkomitmen untuk memperluas kerja sama dengan KPAI dan psikolog dalam upaya edukasi masyarakat untuk pencegahan pelecehan seksual. “Kami sangat berharap dapat menjalin kerjasama dengan para psikolog dan KPAI untuk terus mengedukasi masyarakat dalam upaya pencegahan pelecehan seksual,” tuturnya. Ia berharap bahwa seminar ini menjadi awal untuk pembentukan MoU antara MUI dan Pemkab Kutim guna mendukung perlindungan bagi perempuan dan anak-anak.
Debi Triani dan Fufahana, dua psikolog yang menjadi narasumber, menyampaikan materi tentang pentingnya kesadaran kritis dalam menghadapi pelecehan seksual. Debi menekankan pentingnya dukungan lingkungan dalam proses pemulihan trauma korban. “Penyembuhan trauma pada korban pelecehan seksual membutuhkan waktu, namun dukungan lingkungan akan sangat membantu dalam mempercepat proses pemulihan,” jelasnya.
Ketua Panitia, Istiqomah, menyampaikan bahwa seminar ini bertujuan memberikan pemahaman hukum dan upaya praktis kepada masyarakat. “Kami berharap seminar ini menjadi langkah awal dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya pelecehan seksual, terutama bagi perempuan dan anak-anak. Perlindungan terhadap kelompok rentan ini adalah tanggung jawab kita bersama,” katanya.
Acara ini dihadiri sekitar 150 peserta, termasuk siswa SMP, SMA, mahasiswa, dan perwakilan organisasi. Partisipasi yang tinggi diharapkan dapat menjadi awal dari peningkatan upaya pencegahan kekerasan seksual di Kutim.
Seminar ini menjadi langkah penting bagi MUI Kutim dan DPPPA dalam membangun kesadaran masyarakat, memperkuat peran keluarga, dan meningkatkan kerja sama antarinstansi untuk mencegah kekerasan seksual di Kutai Timur.
